Emas menjadi instrumen investasi dengan
performa terburuk pada tahun ini setelah harganya terus merosot. Harga
emas mengalami penurunan terparah dalam 30 tahun terakhir setelah
terkikis hampir 28% sepanjang tahun ini. Harga emas lalu dibuka pada US$ 1.202 per ounce dan ditutup naik US$
1.212 per ounce. Setelah gagal menguji US$ 1.180 dan hanya menyentuh US$
1.186 per ounce dua pekan sebelumnya. Harga emas saat sedang oversold dan berpotensi konsolidatif.
Secara teknikal, outlook emas pekan ini belum berubah, di mana emas berpotensi konsolidatif dengan kecenderungan masih mungkin melemah.Tahun ini, bagi para investor, saham-saham telah memenangkan pertarungan aset atas emas.
Pada 2012, dia telah memprediksi harga emas akan meluncur hingga US$ 1.200 dan ramalannya tepat. Sementara untuk 2014, dia memperkirakan harganya akan jauh lebih merosot. Meski demikian, dia mengatakan, emas masih akan terus dijual hingga awal tahun depan dengan harga tidak lebih rendah dari US$ 1.090 per ounce.
Kini support terdekat berada di US$ 1.200, US$ 1.190, dan US$ 1.185. Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180. Jika US$ 1.180 tertembus, maka tren bearish (penurunan) jangka menengah kembali menegas untuk membuka jalan ke arah US$ 1.175 dan bahkan US$ 1.155 per ounce.
Emas akan menetralisasikan tekanan bearish jangka pendeknya jika emas berhasil menembus resistance terdekatnya yang berada di US$ 1.268 per ounce. Resistance berikutnya berada di US$ 1.280.
Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294, emas berpotensi meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325. Resistance jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362 per ounce. Namun, lanjut Wahyu, nampaknya emas sulit mendekati US$ 1.268 dan justru cenderung berpotensi untuk menembus US$ 1.180.
Pekan ini adalah minggu yang diselingi liburan tahun baru menjelang data sangat penting di bulan ini, yaitu laporan non farm payrolls AS pada Jumat pekan depan dan juga Pertemuan FOMC 30 Januari (Kamis dini hari) yang diduga akan memulai penarikan stimulus Fed.
Permintaan emas yang terkenal sebagai komoditas paling digemari tak akan bertahan lebih lama. Emas telah banyak kehilangan kilaunya saat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan akan mulai menarik dana stimulusnya bulan depan. Logam mulia tersebut ambruk hampir 3% tak beberapa lama setelah The Fed mengambil keputusan tersebut. Sentimen yang ada saat ini menjatuhkan harga emas. Secara global kebijakan ekonomi telah banyak ditopang kabar politik dan di luar suasanan bisnis.
Adapun data ekonomi AS penting lainnya pada pekan ini yaitu data pending home sales (Senin), consumer confidence (Selasa), jobless claims dan ISM manufacturing index (Kamis).
Naiknya harga emas akhir-akhir ini diakibatkan maraknya pembelian emas fisik. Namun, penguatan kelihatannya tidak stabil. Harga emas masih dibayangi tren pelemahan.
Pada hari ini terlihat harga emas tidak mampu mempertahankan penguatannya di atas US$ 1.215 per ounce. Harga tertekan turun dan kini bergerak di US$ 1.207 per ounce. Harga emas berpotensi meneruskan pelemahannya ke area US$ 1.203 per ounce.
Bila harga berhasil menembus support US$ 1.203 ini, pelemahan bisa berlanjut ke area US$ 1.195. Sementara penguatan di atas US$ 1.215 baru bisa membuka potensi penguatan ke area US$ 1.225.
Selain itu, keputusan India untuk membatasi pembelian emas mendorong banyak investor untuk berspekulasi. Terlebih lagi, India merupakan pemasok emas terbesar di dunia. Menurut bank investasi Macquarie, impor emas ke Indoia akan menurun lebih jauh jika pemerintahnya terus menekan pasar domestik.
Secara teknikal, outlook emas pekan ini belum berubah, di mana emas berpotensi konsolidatif dengan kecenderungan masih mungkin melemah.Tahun ini, bagi para investor, saham-saham telah memenangkan pertarungan aset atas emas.
Pada 2012, dia telah memprediksi harga emas akan meluncur hingga US$ 1.200 dan ramalannya tepat. Sementara untuk 2014, dia memperkirakan harganya akan jauh lebih merosot. Meski demikian, dia mengatakan, emas masih akan terus dijual hingga awal tahun depan dengan harga tidak lebih rendah dari US$ 1.090 per ounce.
Kini support terdekat berada di US$ 1.200, US$ 1.190, dan US$ 1.185. Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180. Jika US$ 1.180 tertembus, maka tren bearish (penurunan) jangka menengah kembali menegas untuk membuka jalan ke arah US$ 1.175 dan bahkan US$ 1.155 per ounce.
Emas akan menetralisasikan tekanan bearish jangka pendeknya jika emas berhasil menembus resistance terdekatnya yang berada di US$ 1.268 per ounce. Resistance berikutnya berada di US$ 1.280.
Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294, emas berpotensi meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325. Resistance jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362 per ounce. Namun, lanjut Wahyu, nampaknya emas sulit mendekati US$ 1.268 dan justru cenderung berpotensi untuk menembus US$ 1.180.
Pekan ini adalah minggu yang diselingi liburan tahun baru menjelang data sangat penting di bulan ini, yaitu laporan non farm payrolls AS pada Jumat pekan depan dan juga Pertemuan FOMC 30 Januari (Kamis dini hari) yang diduga akan memulai penarikan stimulus Fed.
Permintaan emas yang terkenal sebagai komoditas paling digemari tak akan bertahan lebih lama. Emas telah banyak kehilangan kilaunya saat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan akan mulai menarik dana stimulusnya bulan depan. Logam mulia tersebut ambruk hampir 3% tak beberapa lama setelah The Fed mengambil keputusan tersebut. Sentimen yang ada saat ini menjatuhkan harga emas. Secara global kebijakan ekonomi telah banyak ditopang kabar politik dan di luar suasanan bisnis.
Adapun data ekonomi AS penting lainnya pada pekan ini yaitu data pending home sales (Senin), consumer confidence (Selasa), jobless claims dan ISM manufacturing index (Kamis).
Naiknya harga emas akhir-akhir ini diakibatkan maraknya pembelian emas fisik. Namun, penguatan kelihatannya tidak stabil. Harga emas masih dibayangi tren pelemahan.
Pada hari ini terlihat harga emas tidak mampu mempertahankan penguatannya di atas US$ 1.215 per ounce. Harga tertekan turun dan kini bergerak di US$ 1.207 per ounce. Harga emas berpotensi meneruskan pelemahannya ke area US$ 1.203 per ounce.
Bila harga berhasil menembus support US$ 1.203 ini, pelemahan bisa berlanjut ke area US$ 1.195. Sementara penguatan di atas US$ 1.215 baru bisa membuka potensi penguatan ke area US$ 1.225.
Selain itu, keputusan India untuk membatasi pembelian emas mendorong banyak investor untuk berspekulasi. Terlebih lagi, India merupakan pemasok emas terbesar di dunia. Menurut bank investasi Macquarie, impor emas ke Indoia akan menurun lebih jauh jika pemerintahnya terus menekan pasar domestik.