Laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun ini melambat menjadi
5,6 persen. Pelemahan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun depan.
Dengan demikian, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya 5,3 persen. Oleh karenanya perekonomian Indonesia terus berusaha menyesuaikan diri terhadap sejumlah kondisi.
Pelemahan harga komoditas, kondisi pendanaan eksternal yang lebih ketat, serta penurunan permintaan domestik dibandingkan tahun lalu membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus terus disesuaikan.
Bank Dunia melihat, tahun depan pasar modal internasional akan tetap bergejolak meski perekonomian negara berpendapatan tinggi mulai pulih. Karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan yang bisa melindungi perekonomian dari pengaruh eksternal sekaligus mendorong pertumbuhan.
Sejumlah kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia saat ini cukup tepat untuk menghadapi kondisi yang terus berubah. Kebijakan untuk melepas nilai tukar dan menentukan nilai suku bunga untuk meringankan tekanan terhadap neraca transaksi berjalan merupakan contoh yang baik.
Selain itu, kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar minyak juga sangat tepat karena akan melindungi Indonesia dari risiko fiskal jangka pendek, sekaligus menyediakan dana untuk investasi jangka panjang di bidang infrastruktur dan program sosial.
Kendati demikian, Bank Dunia mengingatkan, kebijakan yang bagus itu tidak akan berhasil jika tidak dikomunikasikan. Pemerintah Indonesia dinilai tidak punya komitmen kuat untuk mengimplementasikan kebijakannya, pemerintah tidak cukup mampu meyakinkan pasar bahwa gejolak ekonomi telah diantisipasi.
Pasar dan investor harus diyakinkan bahwa pemerintah fokus dalam menghadapi kondisi perekonomian dengan menghasilkan reformasi kebijakan yang terkoordinasi. Apalagi, potensi pasar domestik yang besar serta potensi lain Indonesia membuat negara ini masih sangat atraktif. Kalau pemerintah berhasil meyakinkan pasar, investasi asing langsung dapat meningkat.
Dengan demikian, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya 5,3 persen. Oleh karenanya perekonomian Indonesia terus berusaha menyesuaikan diri terhadap sejumlah kondisi.
Pelemahan harga komoditas, kondisi pendanaan eksternal yang lebih ketat, serta penurunan permintaan domestik dibandingkan tahun lalu membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus terus disesuaikan.
Bank Dunia melihat, tahun depan pasar modal internasional akan tetap bergejolak meski perekonomian negara berpendapatan tinggi mulai pulih. Karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan yang bisa melindungi perekonomian dari pengaruh eksternal sekaligus mendorong pertumbuhan.
Sejumlah kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia saat ini cukup tepat untuk menghadapi kondisi yang terus berubah. Kebijakan untuk melepas nilai tukar dan menentukan nilai suku bunga untuk meringankan tekanan terhadap neraca transaksi berjalan merupakan contoh yang baik.
Selain itu, kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar minyak juga sangat tepat karena akan melindungi Indonesia dari risiko fiskal jangka pendek, sekaligus menyediakan dana untuk investasi jangka panjang di bidang infrastruktur dan program sosial.
Kendati demikian, Bank Dunia mengingatkan, kebijakan yang bagus itu tidak akan berhasil jika tidak dikomunikasikan. Pemerintah Indonesia dinilai tidak punya komitmen kuat untuk mengimplementasikan kebijakannya, pemerintah tidak cukup mampu meyakinkan pasar bahwa gejolak ekonomi telah diantisipasi.
Pasar dan investor harus diyakinkan bahwa pemerintah fokus dalam menghadapi kondisi perekonomian dengan menghasilkan reformasi kebijakan yang terkoordinasi. Apalagi, potensi pasar domestik yang besar serta potensi lain Indonesia membuat negara ini masih sangat atraktif. Kalau pemerintah berhasil meyakinkan pasar, investasi asing langsung dapat meningkat.
Meskipun ekonomi
Indonesia sudah mulai membaik dibanding Agustus lalu, pemerintah mengaku tetap
waspada dengan situasi global yang bisa berdampak pada ekonomi regional. Dan tetap berkoordinasi dengan
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) untuk memonitor situasi
global.
Meskipun terjadi stabilisasi dimana respon kebijakan yang dikeluarkan LPS, Bank Indonesia, OJK, dan pemerintah sudah menunjukan hasil positif, namun pihak pemerintah harus tetap melihat risiko ke depan harus dimonitor secara baik dan hati-hati.
Meskipun terjadi stabilisasi dimana respon kebijakan yang dikeluarkan LPS, Bank Indonesia, OJK, dan pemerintah sudah menunjukan hasil positif, namun pihak pemerintah harus tetap melihat risiko ke depan harus dimonitor secara baik dan hati-hati.
Yang
menjadi konsentrasi pemerintah saat ini adalah terus melakukan langkah untuk
menekan current account deficit dan perkembangan di sektor perbankan serta
pasar modal. FKSSK akan terus memonitor dan mengambil langkah antisipasi yang dibutuhkan.
Dari indikator fiskal, meskipun ada tekanan terhadap target penerimaan pajak akibat harga komoditas, namun defisit masih bisa dijaga dalam batas aman. Pembiayaan financing dari fiskal aman. Surat Utang Negara dalam beberapa pekan terakhir telah menunjukan perbaikan. SUN 10 tahun kemarin sudah 7,4 persen. Dibandingkan bulan lalu 8,9 persen. Stabilisasi obligasi sudah terjadi dan arus capital masuk juga sudah terjadi.
Dari indikator fiskal, meskipun ada tekanan terhadap target penerimaan pajak akibat harga komoditas, namun defisit masih bisa dijaga dalam batas aman. Pembiayaan financing dari fiskal aman. Surat Utang Negara dalam beberapa pekan terakhir telah menunjukan perbaikan. SUN 10 tahun kemarin sudah 7,4 persen. Dibandingkan bulan lalu 8,9 persen. Stabilisasi obligasi sudah terjadi dan arus capital masuk juga sudah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar