FOMC
Minutes yang dirilis Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada minggu
lalu memang menegaskan adanya kesepakatan The Fed bahwa stimulus
moneter bisa dikurangi seiring dengan membaiknya data ekonomi AS. Hal ini memicu sentimen negatif dan makin menekan emas. Setelah level US$ 1.250 tertembus, emas memang cenderung mengarah ke area US$ 1.235-US$ 1.200 per ounce. Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180, di mana potensi rebound kemungkinan besar bisa terjadi. Resistance terdekat berada di US$ 1.250 dan US$ 1.280. Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294, maka emas berpotensi meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325. Resistance jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362, di mana potensi tekanan turun bisa terjadi.
Sejumlah data ekonomi AS terpenting pekan ini yang akan
mempengaruhi pergerakan harga emas adalah data penjualan rumah yang
tertunda (pending home sales) pada Senin, tingkat kepercayaan konsumen pada Selasa, serta data durable goods, dan klaim pengangguran. Secara umum data-data tersebut diduga membaik dan berpotensi negatif bagi emas. Sementara
itu, hasil survei yang digelar Kitco News Gold Survey menyatakan, aksi
jual para investor pekan lalu menjadi sinyal melemahnya harga emas dalam
sepekan ke depan.
Seperti dilansir dari Forbes, dari 25
partisipan yang mengikuti survei, sebanyak enam partisipan memprediksi
harga emas akan menguat. Mendominasi survei, sebanyak 14 partisipan
yakin harga logam mulia tersebut akan melemah. Sementara lima lainnya
memperkirakan, harga emas akan bergerak variatif pekan ini.Para
partisipan dalam survei tersebut adalah para pembeli dan penjual emas,
bank-bank investasi, manager keuangan dan analis grafik teknik
pergerakan harga logam mulia tersebut.
Sementara pada survei
sebelumnya, sebagian besar partisipan memprediksi harga emas akan naik.
Pasalnya, pada perdagangan Jumat di pekan tersebut, harga emas tercatat
naik sebesar US$ 42.
Para partisipan yang memprediksi penurunan
harga emas menjelaskan, pihaknya melihat grafik teknis pergerakan harga
yang menunjukkan tren pelemahan. Tak hanya itu, berbagai kabar ekonomi
besar juga menunjukkan pergerakan emas ke arah yang sama. Saat Uni Eropa secara mendadak menurunkan suku
bunga acuannya, harga emas sempat melonjak. Awalnya Streible yakin itu
merupakan titik balik bagi harga emas. Sayangnya, semua itu tak bertahan
lama.
Sementara itu, meski sejumlah partisipan merasa harga emas
akan terus turun, tapi adanya aksi jual pekan ini masih diragukan.
Terlebih lagi setelah pasar emas ambruk pekan lalu. Para partisipan
tersebut mengatakan, harga emas dapat melemah ke level US$ 1.240 per
ounce atau menguat ke level US$ 1.275 per ounce. Di sisi lain,
ahli strategi pasar di Archer Financial Services, Adam Klopfeinstein
mengatakan, pekan lalu harga emas memang menunjukkan pelemahan. Namun
dia melihat adanya potensi penguatan harga emas pekan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar